Saturday, November 21, 2009

Educational Working Guidelines


Herli Salim, Sister School Mediator

Rationale:

Based on UU No. 20/2003 about the National Educational System, it states that it is desirable to get at least one school in an area through to an international standard. To strengthen the autonomy of a particular area, it states that schools in that area should focus on forming international relationships. (Legislation No. 32, 2004 about Governmental Regions). The National Education Minister’s Decision No. 30/2007 about national educational standards directs schools towards attaining international standards. In the meantime, the BNSP (The Body for National Educational Standards) was formed to push efforts to increase the quality of national schools so that they are equal with the international world and consequently their graduates will be of a high quality. The establishment of Banten Province was also an educational requirement as a bridge to aim towards improving the prosperity of the Banten people. (UU No. 23 tahun 2000). All of this legislation aims to stimulate a quick growth in the quality of education through to both national and international standards.

The initiative for Indonesian and Australian Schools to work together was highly recommended by OECD countries and UNICEF. Both world organisations recognize the mutual benefits of countries working together cooperatively and the results of these interactions will create educational networks which will facilitate the mutual exchange of curriculum and other educational opportunities for teachers and students. Now is the time to create a cooperative educational work environment between Indonesia and Australia. These efforts are gathering momentum because of the efforts of Drs. H. Herli Salim, M. Ed., lecturer at Indonesian Education University, Serang Campus and student in the Doctoral Program at Deakin University which is held in Australia to advance his studies. He works together with his colleague and Australian friend Dr. Peter Waterworth, special educational consultant and social education. The city and regency of Serang have long known Dr. Waterworth as a speaker at several educational seminars.

In the meantime, in relation to the Australian workforce, the Australian Prime Minister, Mr Kevin Rudd, said that it is important that the Australian people return to the close relationship they had with their neighboring countries and that the Australian people should study Asian languages, including Indonesian.

Now, in public Australian schools, there is a strong desire to learn Indonesian. Because of this renewed interest in learning Indonesian, there is a growing interest between Wodonga and SMP Negeri 4 Tangsel to work together. It is fortunate that the desire to work together has coincided: SMP Negeri 4 Tangsel will get the opportunity to develop to an international standard and its students will have the opportunity to study English; whilst Wodonga students will be able to improve their Indonesian. If this pioneering effort at working together between the two schools is established, then this cooperative model can be established more broadly.

We should consider this issue of sister schools working together and these relationships should be carefully maintained and nurtured as they gain momentum. It is important that they continue to provide quality working relationships and that the benefits are shared equally by both sides.

FORM:

Working together with SMP Negeri 4, Tangsel and Wodonga will involve both schools always making the effort and taking care to ensure the relationship continues to grow and develop. The possibility of working together educationally will take the following form:
1.Student exchange: The students will have the opportunity to be involved in home stays and shadowing with their peers. Students from Tangsel will be able to study English, Information Technology and Technology and Wodonga students will be able to study Indonesian, local Art and traditional dance at Tangsel.
2.Staff exchange: Tangsel staff will have the opportunity to study educational administration at Wodonga to optimise and modernise their management skills and support their information technology skills.
3.Principal exchange: Principals can work together to exchange ideas to develop agendas to work together and discuss the development of educational management which is based on the internet, building educational projects together which are funded by world bodies or each country.
METHOD OF WORKING:
1.Tangsel will always create ways correspond with Wodonga. Firstly, Tangsel will begin corresponding between principal, teachers with teachers, staff with staff and students with students.
2.Tangsel will always need to create routine contact to ensure we are following the same agenda both in Australia and in Indonesia.
3.Tangsel proposed the production of a web site together and its contents will be contributed to by both sides. For steps to begin, both sides need to send emails and letters via post to discuss the types of activities that could be undertaken.
4.Tangsel will make a Memorandum of Agreement (MOU) with Wodonga College. The contents of this MOU will form the basis of the educational partnership between the two schools and will be the starting point of serious and intensive discussions between the two schools.
5. Tangsel will carry out a visit to Wodonga College to see the potential to work together and formalise the relationship, that is, by the signing of the MOU to hold a sister school relationship.
6. Tangsel would like to begin organising formal permission with the Wodonga and Tangsel parents so that the students can experience homestay accommodation.
7. Tangsel and Wodonga would like to exchange educational resources to help with the teaching of the curriculum. This could be in the form of good quality second hand material such as books, comics, CDs, films, newspapers, novels, DVDs, etc.


CONCLUSION

It is the responsibility of the mediator to help develop good communication between the two schools. A committee will need to be formed and once established, a strong effort on both sides will be required to maintain the momentum and ensure a strong relationship continues to develop and is maintained (HS, 2009).

Juknis Kerjasama Pamulang dan Wodonga



Oleh: Herli Salim
Mediator Sekolah Indonesia

Pedoman Inisiatif Kerja Sama Pendidikan antara SMP Negeri 4 Tangerang Selatan,Indonesia dengan Wodonga Middle Years School, Wodonga, Melbourne, Australia.

Rasional
Berdasarkan pada UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa hendaknya terdapat paling tidak satu sekolah di satu daerah yang memenuhi standar internasional. Untuk memperkuat kemandirian daerah diamanatkan bahwa daerah dapat menjalin hubungan internasional (Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 30/2007 tentang standar pendidikan nasional mengarahkan sekolah menuju taraf internasional. Sementara itu BNSP ( Badan Nasional Standar Pendidikan) dibentuk untuk mendorong upaya peningkatan kualitas sekolah nasional supaya dapat setara dengan dunia internasional sehingga dapat mempertinggi kualitas lulusan. Pembentukan Provinsi Banten juga mensyaratkan pendidikan sebagai jembatan untuk menuju kesejahteraan masyarakat Banten (UU No. 23 tahun 2000). Semua perundang-undangan ini menstimulir upaya sekolah untuk sesegera mungkin mempercepat pertumbuhan kualitas pendidikan untuk memenuhi standar pendidikan baik nasional maupun internasional.


Inisiatif kerjasama sekolah dengan sekolah antara Indonesia dan Australia sangat dianjurkan sesama negara OECD dan UNICEF. Kedua organisasi dunia tersebut sangat menganjurkan adanya 'mutual benefit relationship' antara sesama negara anggota badan dunia tersebut sehingga dari interaksi itu akan tercipta networking pendidikan dan terciptanya tatanan pendidikan yang saling mengisi.

Kini telah sampai pada saat yang kondusif untuk menciptakan kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Australia. Upaya ini mendapatkan momentumnya karena upaya yang dilakukan oleh Drs. H. Herli Salim, M.Ed., dosen Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang dan mahasiswa program doktor Deakin University yang sedang berada di Australia untuk kepentingan studinya. Dia bekerja sama dengan koleganya berkebangsaan Australia, yaitu Prof Dr. Peter Waterworth, konsultan akhli pendidikan, dan masyarakat pendidikan Kota dan Kabupaten Serang sudah lama mengenalnya sebagai pembicara pada beberapa seminar pendidikan.

Sementara itu, pada era pemerintahan buruh Australia, Perdana Menteri Australia-H.E. Mr. Kevin Rudd menyatakan kembali pentingnya menjalin persahabatan dengan negara tetangga serta untuk mempelajari bahasa Asia termasuk bahasa Indonesia. Sekarang ini, publik pendidikan Australia kembali bergairah untuk mempelajari bahasa Indonesia. Dari sinilah tumbuhnya minat jalinan kerjasama antara Wodonga dengan SMP Negeri 4 Tangsel. Kerjasama ini dapat menguntungkan kedua belah pihak: SMP Negeri 4 Tangsel dapat menstandarkan lembaganya ke tingkat internasional dan para siswanya memilki kesempatan untuk belajar bahasa Inggris, dan para siswa Wodonga memperoleh mitra untuk lebih memperdalam bahasa Indonesia. Bila rintisan kerjasama pendidikan diantara kedua sekolah ini sudah mapan maka dapat ditingkatkan pada elemen kerjasama pendidikan yang lebih luas.

Mempertimbangkan hal tersebut diatas, maka sudah sampai pada saatnya terdapat suatu pedoman kerjasama pendidikan (sister school) bagi sekolah Indonesia untuk menjaga dan meningkatkan momentum kerjasama pendidikan yang telah ada. Hal ini dapat tercipta dengan cara terus-terusan memunculkan inisiatif kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hubungan kerjsama yang menciptakan manfaat bagi kedua belah pihak.

Bentuk
Kerja sama SMP Negeri 4 Tangsel dengan Wodonga Melbourne sedang terus diupayakan dan hendaknya SMP Negeri 4 Tangsel senantiasa terus-terusan menjaga dan menumbuhkan kesinambungan momentum ini. Kemungkinan kerjasama pendidikan akan dalam bentuk sebagai berikut:
• Siswa dengan siswa ( students exchange). Hal ini bisa dilakukan dengan cara home stay dan shadowing. Siswa dari kedua negara menetap di rumah baik yg dari Tangsel 4 maupun yg dari Wodonga. Siswa Tangsel dapat belajar bahasa Inggris, komputer, pertukangan, dll di Wodonga. Siswa Wodonga dapat belajar kesenian lokal , bahasa Indonesia, tari tradisional di Tangerang.
• Staf dengan staf, (Staf exchange) staf Tangsel mempelajari adminsitrasi pendidikan yang terdapat di Somerville untuk mengoptimalkan daya dukung manajemen pembelajaran yang berbasiskan manajemen modern dan bersandar pada penggunaan teknologi informasi.
• Guru dengan guru ( teachers exchange) Hal ini bisa dilakukan pertukaran pengajar antara kedua sekolah untuk kurun waktu tertentu, bidang studi bahasa Inggeris,bahasa Indonesia, kesenian, tarian, pendidikan, dll.
• Kepala sekolah dengan kepala sekolah( principals exchange), masing-masing kepala sekolah bisa saling berkunjung dan bertukar pikiran dalam upaya mengembangkan agenda kerjasama dan mendiskusikan pengembangan manajemen pendidikan yang berbasis internet, pembuatan proyek pendidikan bersama yang didanai oleh badan dunia atau negara masing-masing.

Cara Mengerjakan
1. Tangsel selalu mengupayakan terciptanya jalinan korespondensi dengan Wodonga. Hal ini dimulai dengan korespondensi antara kepala sekolah dengan kepala sekolah, guru dengan guru, staf dengan staf, dan siswa dengan siswa.
2. Tangsel selalu berupaya untuk menciptakan kontak rutin untuk memunculkan gagasan acara bersama baik di Indonesia maupun di Australia.
3. Tangsel mengusulkan pembuatan web site bersama yg diisi oleh kedua belah pihak. Untuk langkah awal setiap lembaga hendaknya mengintensifkan untuk saling berkirim email, surat via pos, untuk membicarakan segala jenis kegiatan yang mungkin dapat dikerjakan oleh kedua belah pihak.
4. Tangsel dapat membuat nota kesepahaman (MOU) dengan Somerville. Isi MOU itu merupakan bentuk-bentuk kerjasama pendidikan diantara kedua sekolah , untuk ini perlu adaya diskusi yang serius dan intensif dari kedua belah pihak. Inilah merupakan titik awal perlu adanya kunjungan antar sekolah.
5. Tangsel mengadakan kunjungan ke Wodonga untuk melihat potensi langsung dan guna mematapkan kerjasama dalam bentuk yang lebih formal yakni penandatanganan MOU untuk menyelenggarakan sister school relationships.
6. Tangsel hendaknya mulai merintis suatu jalinan kerjasama dengan orang tua murid untuk menitipkan para siswa Wodonga di rumah – rumah orang tua siswa Tangsel yang bersedia untuk dijadikan homestay. Hal ini untuk mempersiapkan, apabila siswa Wodonga berkunjung ke Tangerang.
7. Tangsel dan Wodonga dapat saling membantu untuk menyediakan bahan ajar pelajaran dan hal ini merupakan bantuan hibah (gratis). Bantuan pelajaran ini dapat dalam bentuk: buku,majalah,komik, koran, novel, CD lagu/film, DVD lagu/film dalam bahasa Indonesia dan Inggeris. Pemanfaatan barang bekas tapi masih berkualitas akan sangat membantu terselenggaranya program ini.

Penutup
Kegiatan upaya sister school ini akan terselenggara dengan baik bilamana terdapat mediator sekolah baik di Indonesia maupun Australia. Mediator mempunyai tugas mengkomunikasikan dan selalu mengingatkan sekolah apabila sekolah menunjukan indikasi penurunan intensitas hubungan; terdapat keinginan yang kuat dari kedua belah pihak untuk selalu menjalin kerjasama pendidikan - untuk hal ini hendaknya dibentuk panitia kerja; selalu memanfaatkan momentum hubungan kondusif diantara kedua negara. (HS, 2009).

Ibu Rita Juwita: The School Principal


SMP Negeri 4 Kota Tangsel is lead by Ibu Rita Juwita. She has been leading the school for a couple of years. She has dream to move forward the school to the international level. This is one of her big task during her term as the school principal. The time has come when Prof. Dr. Peter Waterworth came to visit Tangerang Selatan Department of Education last October 2009. She asked Pak Peter to have a visit to her school. He saw and impressed with the school facilities. He was suprised by the students' activities and their courage to speak English with him. He believes that the school will be good match with the Australian school which seeks for partner to learn Indonesian language. He hopes that Pamulang and Wodonga can do their best for the sake of their students educational qualifications. Pak Peter received a school vandal to be given for the school partner in Australia (HS, 2009)

Berkenalan dengan Mediator Sister Schools

Abstract
There are two mediators to help established the sister school relationships. One is Prof. Dr. Peter Waterworth. He is a fomer Deakin University lecturer and he often visits Indonesia. Another one is Mr Herli Salim. He is a doctoral student at Deakin University. They are active educators who concern to encourage link in education for the Australian and Indonesian.

Prof. Dr. Peter Waterworth merupakan mantan dosen Universitas Deakin, Melbourne, Australia. Sejak ia pensiun aktif memberikan kuliah paruh waktu di beberapa universitas: Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan memberikan seminar di berbagai Negara Amerika dan Europa. Masyarakat pendidikan khususnya Kabupaten dan Kota Serang, serta umumnya Banten sangat akrab dengan beliau karena sering memberikan seminar, workshop, conference, supervisi tentang pembaharuan pendidikan sejak tahun 1998. Ia juga merupakan mediator kerjasama antar sekolah (sister school) untuk sekolah yang berada di Australia dengan sekolah yang berada di Indonesia.

Drs. H. Herli Salim, M.Ed. Ia merupakan mediator sekolah Indonesia yang mau menjalin kerjasama pendidikan dengan sekolah Australia. Ia bertempat tinggal di Kota Melbourne, Australia, karena saat ini, Ia sedang belajar di Program Doktor Universitas Deakin, Melbourne, Australia. Ia merupakan dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Serang, Banten. Ia aktif mendampingi Prof Dr. Peter Waterworth dalam setiap kegiatan pendidikan yang diselengarakan di Banten dan di seluruh kota Indonesia. Disamping itu pula, ia merupakan pendamping dan fasilitator rombongan pendidikan yang berkunjung ke Australia (HS, 2009).

Kerjasama Pendidikan Internasional

Oleh: Herli Salim
Mediator Sekolah Indonesia

Abstract
This article describes the tips to establish educational link and friendships. There are four things needs to be prepared. First, Brain. The school should be creative and clever enough to establish link. Second, Behavior. Both school should understand each of their cultures, and should put commitment to this cooperation. Third, Budget. There should be sufficient budget to run the program and it should be stated in School Annual Plan. Fourth, Body. The school should appoint a liable person to communicate and contact with their school partners, as well as establishing firm communication with the Australian and Indonesian sister school mediators.

Mengapa kita itu perlu membuat kerjasama pendidikan dengan dunia internasional? Sederet undang-undang menyatakan perlunya hal itu. Perlunya ada satu sekolah disuatu daerah yang bertaraf internasional kata UU Sisdiknas. Daerah dapat menjalin kerjasama dengan negara lain dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat ditegaskan UU Otonomi Daerah. Kerjasama antar Negara dalam bidang pendidikan dianjurkan sekali dinyatakan oleh UNICEF. Intinya adalah supaya lulusan antara satu negara dengan yg lain bisa terstandar dengan baik. Maka sekarang depdiknas lagi giat-giatnya mengkampanyekan sekolah bertaraf internasional.

Apa yg menjadi syarat untuk dapat berkiprah secara internasional ? Kuncinya adalah B4. Brain- punya kecerdasan untuk melakukan kegiatan yg dapat dikerjasamakan. Cari peluang yg dapat dipertukarkan dan bernilai. Jangan lupa penguasaan bahasa Inggeris bagian dari hal ini. Behavior - perlu memilki sikap yg diterima secara internasional; memegang teguh komitmen, komunikatif, tepat waktu, terencana, Jadi ga bisa serampangan mesti apik. Budget- sudah barang tentu mesti ada anggaran buat menjalankan hal itu. Paling tidak buat dana operasional. Dari modal ini bisa berangkat nyari sponsor. Itupun kalo proposalnya bagus dan bernilai jual. Body - mesti ada suatu panita, atau koordinatyor program, yg tangani secara professional, ada panitia kerjalah yg punya kewenangan jelas, dan sudah tentu dgn alokasi dana yg memadai.

Bagaimana sajakah peluang sekolah Indonesia? Peluang memang selalu ada terutama bagi yg mau mecari peluang itu dan mengubahnya menjadi kesempatan. Bisa melalui pertukaran bidang seni atau bahasa. Seni misalnya kita datang ke suatu negara dan mengajari sekolah tertentu untuk bisa menari atau memainkan alat musik, atau ada juga lho negara yg mempelajari bahasa Indonesia, sebaliknya kita bisa belajar bahasa Inggeris di negara penutur bahasa itu.

Bagaimanakah bentuk kerjasama itu? Biasanya melalui dulu saling kenal yg intensif antar sekolah. Nanti bisa diwali dengan saling berkunjung untuk saling memahami masing-masing potensi. Pertukaran pelajar dengan pelajar ( students exchange) atau guru dengan guru ( teachers exchange) biasanya menjadi model kerjasama ini. Dan hal inipun bisa diperluas ke lapisan pembantu pimpinan dan pimpinan.

Bagaimana cara memulainya? Buat fondasi yg kuat dulu di sekolah, semua kegiatan akademik harus baik tertama untuk kegiatan ekstra hrs menjadi primadona, adakan English Speaking Day yg rutin atau sekolah memilki grup kesenian yg handal. Promosikan hal ini di web site. Jangan lupa webnya sering diperbaharui dgn rentang waktu yg teratur. Terus ini mesti diwaspadai: semangat suka naik- turun. Untuk atasi hal ini mesti ada program yang disusun bersama antara SMP Negeri 4 Kota Tangsel dengan Wodonga Middle Years School. Ayo semangat!!! (HS, 2009)

Greeting from Pamulang


PROFILE
STATE JUNIOR HIGH SCHOOL OF 4 SOUTH TANGERANG CITY (SMPN 4 KOTA TANGERANG SELATAN)

This State Junior High School of 4 South Tangerang City, Banten, Indonesia is established and designed by the central government in Banten. There are about 3 State International Junior High Schools across Banten Provence and one of them is at SMPN 4 South Tangerang City. This school is a pilot project of International Junior High School, that it is arranged to meet with international standard in terms of curriculum, teaching and learning process, output, evaluation, as well as its school facilities. The teachers are qualified educators, the staff members are highly distinctive people and so are the teaching technician, all are at the qualification of bachelor degrees in education, and more over the school principals has gained a master of education degree.

The school is supported by the local government and central government. Their support are based on the Indonesian Education Law, and furthermore the Indonesian Government thorough the National Department of Education comitts to show the program of UNESCO educational declaration in their school program, i.e: learning to know, learning to do, , learning to be, and learning to live together.

The school wishes to develop educational link and cooperation with international school such as Australian Junior High Schools. The school believes that the initiated cooperation can boost friendship and create mutual benefit between Indonesia and Australia, as well as motivating the school members to enhance its quality of education. If you wish to know more our school please kindly access at our web site:
www.smpn1pamulang.sch.id or www.smpnegeri1pamulang.blogspot.com
e-mail : smpn1pamulang.sbi@gmail.com, or you can contact the school principal: Mrs. Hj. Rita Juwita, S.Pd. e-mail: juwita_rita@yahoo.com

Adress : Jl. Pamulang Permai Barat II, Pamulang Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
Kode Pos 15417, Telp. 021-7400911

Greetings from Wodonga


Greetings,

My name is Michelle Heintze and I am seeking an Indonesian Sister School to further develop and enhance the language skills and intercultural understandings of the students at Wodonga Middle Years College.

Wodonga Middle Years College is an innovative Middle Years College with two campuses, situated in the rural border city of Wodonga in North-East Victoria.

ICT is a strong focus at the college, and is heavily integrated into the entire curriculum at the college, including the study of Indonesian and English.

I am interested in developing a sister school with “SMP Negeri 4 Tangerang Selatan (Pamulang 1)”, as we have a similar student body.

Please visit the Wodonga Middle Years College website for further information about the College and I look forward to further discussions about developing a working sister school relationship.


Below you will also find a list of contact details for the College Principal, Campus Principal, and of course the College.
Wodonga Middle Years College- Huon Campus
22-24 Mitchell Street
Wodonga
02 60579000

The College Principal is Vern Hilditch (VHilditch@wmyc.vic.edu.au)
The Campus Principal is Geoff Burke (GBurke@wmyc.vic.edu.au)



Website: www.wmyc.vic.edu.au

Yours truly,
Michelle Heintze

Assistant Team Leader- Year 8
Indonesian Teacher